Gejala dan Faktor Depresi Pada Remaja

Saat ini, kesehatan mental mungkin sudah menjadi topik yang sangat familiar untuk kita dengar di berbagai platform online maupun ketika berbincang langsung dengan orang-orang di sekitar kita. Perkembangan teknologi membuat akses pengetahuan menjadi lebih terbuka termasuk mengenai kesehatan mental yang mana hal ini bisa berdampak positif karena dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan mental dirinya. Namun di sisi lain, hal ini juga sering kali membuat kita semakin mudah untuk melakukan self-diagnose. Padahal, permasalahan kesehatan mental itu sangatlah kompleks dan baru dapat ditegakkan diagnosanya oleh ahli (psikolog atau psikiater).

Tidak bisa dipungkiri, salah satu topik kesehatan mental yang paling sering kita dengar akhir-akhir ini adalah depresi. Lalu apa itu depresi? Depresi merupakan perasaan sedih mendalam yang sering muncul dari waktu ke waktu serta ditandai dengan perasaan subjektif yang dialami seseorang seperti kecewa, putus asa, tidak bahagia, dan kehilangan minat pada berbagai kegiatan. Depresi tidak hanya dialami oleh orang dewasa, namun juga bisa dialami oleh remaja. Dari data WHO (World Health Organization) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa depresi setidaknya dialami oleh 1,1% remaja berusia 10-14 tahun dan 2,8% remaja berusia 15-19 tahun.  

Remaja yang mengalami depresi sering kali mengalami perubahan yang signifikan pada pemikiran dan perilaku mereka. Gejala yang paling umum dialami yaitu kesedihan mendalam tanpa adanya alasan yang jelas hampir sepanjang waktu serta tidak memiliki motivasi dalam melakukan berbagai aktivitas termasuk dalam aktivitas akademik. Selain itu, mereka juga cenderung menjadi menarik diri dari lingkungan misalnya dengan lebih banyak menghabiskan banyak waktu di kamar tanpa melakukan interaksi dengan orang lain. 

Ada berbagai faktor yang membuat remaja rentan mengalami depresi, diantaranya adalah: 

  1. Adanya perubahan fisik dan hormon. Pada masa remaja, seseorang mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun secara hormonal. Perubahan fisik yang baru dan perubahan hormonal yang cukup signifikan membuat remaja membutuhkan banyak waktu untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut. Remaja juga sering kali mulai mengidentifikasi bagaimana bentuk tubuh yang ideal yang sering kali memunculkan perasaan kurang puas akan diri mereka sendiri dan memicu stress. 
  1. Perubahan Emosi. Remaja sering kali tidak stabil secara emosi dan lebih sering mengalami perasaan-perasaan negatif seperti marah, bersalah, malu, dan cemas. Sebagai hasil dari berbagai macam emosi negatif yang dirasakan, remaja menjadi lebih sensitif dan rentan mengalami depresi ketika mereka tidak dapat mengelola emosinya dengan baik. 
  1. Perubahan Sosial. Banyak tuntutan yang mulai muncul ketika seseorang mulai memasuki masa remaja misalnya tuntutan dalam adaptasi dengan teman sebaya, perubahan peran di lingkungan keluarga dan masyarakat, serta tekanan dalam mengatasi permasalahan secara mandiri. Perubahan tuntutan tersebut membuat remaja rentan mengalami stres dan bila terjadi secara berkepanjangan dapat memicu munculnya depresi. 
  1. Lingkungan yang Stressful. Remaja yang tumbuh di lingkungan yang kurang dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan psikologis rentan mengembangkan perasaan kurang berharga. Mereka cenderung merasa tidak memiliki dukungan ketika mereka berada dalam masa sulit serta menumbuhkan self-esteem yang rendah. Perasaan-perasaan negatif tersebut dapat berkembang menjadi faktor pemicu depresi. 
  1. Adanya Faktor Risiko Lain. Faktor risiko lain yang dapat membuat remaja rentan terhadap depresi adalah adanya permasalahan dalam pertemanan, bullying, permasalahan akademik, mendapatkan pengalaman kekerasan (baik secara verbal, fisik, maupun seksual), mengalami sakit fisik yang berkepanjangan seperti diabetes atau kanker, memiliki permasalahan mental lain seperti gangguan kecemasan dll, serta menggunakan alkohol atau obat-obatan terlarang. 

Terkadang sulit untuk mengidentifikasi perbedaan perubahan suasana hati remaja apakah disebabkan oleh bagian dari perkembangan remaja atau karena adanya permasalahan kesehatan mental seperti depresi. Oleh sebab itu, orang tua dapat mulai dengan mendekatkan diri pada remaja dan berusaha untuk menjadi tempat ternyaman bagi remaja untuk mengungkapkan perasaannya. 

Jika dirasa gejala depresi seperti yang dijelaskan sebelumnya sudah muncul dan terjadi secara berkepanjangan atau ada perubahan signifikan pada aktivitas remaja di rumah, penting untuk melakukan pemeriksaan kepada ahli sehingga dapat menentukan permasalahan yang dialami oleh remaja masih dalam kategori normal atau membutuhkan penanganan lebih lanjut. 

 

Daftar Rujukan 

  • Bruce, D. F. (2022, April 24). Teen depression: Causes, symptoms, heredity, and treatments. WebMD. from https://www.webmd.com/depression/guide/teen-depression 
  • Mayo Clinic. (2022, August 12). Teen depression. Mayo Clinic. from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/teen-depression/symptoms-causes/syc-20350985 
  • WHO. (2021, November 17). Adolescent mental health. World Health Organization. from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescent-mental-health 
 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *